Kamis, 11 Desember 2008

fEnomena radio Online

Akhir-akhir ini, trend pembentukan jaringan media termasuk radio, semakin merebak di Indonesia. Secara umum, jaringan radio yang lazim ada di Indonesia paling tidak bisa dibagi dalam 3 kategori:

1. Program Network atau kerjasama program, dimana radio induk berfungsi sebagai pembuat acara yang kemudian disebarkan ke radio-radio yang menjadi anggota jaringannya.

2. Sales Network atau kerjasama penjualan, dimana anggota jaringan yang satu bisa menawarkan radio yang lain ke calon pemasang iklan.

3. Total Network, dimana sebuah jaringan radio secara total mengelola radio-radio yang menjadi anggota jaringannnya, baik dari sisi program, SDM, hingga ke penjualan.

Seiring dengan tumbuhnya jaringan radio di Indonesia, muncul juga berbagai acara yang
dikemas untuk disiarkan secara bersama-sama di seluruh radio yang menjadi anggota jaringan tersebut. Termasuk program berita yang disiarkan serentak oleh radio jaringan.

Berbeda dengan acara radio secara umum, pembuatan jaringan berita di radio perlu dicermati, agar apa yang diberitakan bisa tepat dikonsumsi oleh khalayak pendengar.

Saya tergelitik mendengarkan siaran sebuah radio berita di Surabaya yang saat ini sudah berjaringan dengan banyak radio di berbagai kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dalam salah satu acara beritanya, radio ini menghubungi reporter dari sejumlah radio yang menjadi anggota jaringannya di berbagai kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah seperti Semarang, Kediri, Lamongan, Banyuwangi, Madiun dan lain sebagainya. Isi beritanya tanpa soundbite dan sangat lokal, mulai dari Pilkada di kota A, penyuluhan kesehatan di kota B, bahkan orang gila mengamuk di kota C.

Meskipun tidak sama persis, acara ini mengingatkan saya pada program berita jam 9 pagi RRI jaman dulu, Varia Nusantara (CMIIW). Waktu itu, di jaman orde baru, semua radio swasta diharuskan me-relay acara-acara berita RRI. Aturan menahun yang banyak di protes broadcaster swasta ini akhirnya hilang seiring dengan munculnya era pemerintahan yang baru. Fenomena yang menarik, jika dulu radio swasta beramai-ramai menolak aturan relay RRI, belakangan ini sejumlah radio swasta beramai-ramai membangun jaringan berita, dimana 1 radio me-relay radio lainnya. Fenoma RRI ala swasta.

Dari sisi biaya, untuk membangun jaringan berita tidaklah murah. Paling tidak radio induk yang di-relay harus menyewa satelit, radio yang me-relay harus membeli parabola dan recievernya, menyiapkan anggaran pulsa telpon untuk berkomunikasi dengan reporter-reporter di daerah serta tentunya mempersiapkan sumber daya manusia.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dengan adanya jaringan, sebuah radio akan nampak besar dan kuat. Yang perlu dipertimbangkan, apakah dana yang sudah dikeluarkan sebanding dengan hasil yang bisa dicapai dari program jaringan yang kita bentuk? Apa jadinya jika dana diinvestasikan hanya untuk mendukung program berita jaringan yang total durasinya dalam 1 hari hanya 2 - 3 jam saja? Apa jadinya jika program berita itu tidak menjawab kebutuhan dan keinginan pendengar, sehingga hanya didengar daripada sepi tanpa membawa manfaat lain?

Tujuan kita membuat sebuah program radio, termasuk program berita, adalah agar radio kita didengar oleh masyarakat. Dan menurut teori yang sampai saat ini dipercaya masih manjur, sebuah berita harus mengandung 7 elemen (news values) sebagai berikut:

· Impact: information has impact if it affects a lot of people.

· Timeliness: information has timeliness if it happened recently.

· Prominence: information has prominence if it involves a well-known person or organization.

· Proximity: information has proximity if it involves something happened somewhere nearby.

· Conflict: information has conflict if it involves some kind of disagreement between two or more people.

· Weirdness: information has weirdness if it involves something unusual or strange.

· Currency: information has currency if it is related to some general topic a lot of people are already talking about.

Selain itu, perlu juga diperhatikan karakteristik radio yang lokal dan personal, dimana radio di daerah tertentu memiliki karakter yang berbeda dengan radio di daerah lain karena pendengar yang dilayani juga memiliki ketertarikan, kepentingan dan karakter yang berbeda.

Dengan mempertimbangkan teori elemen berita dan karakteristik radio tersebut, sebuah peristiwa yang heboh di daerah tertentu, belum tentu membuat heboh masyarakat di kota lain. Selama berita lokal yang terjadi di suatu daerah belum menjadi berita besar skala nasional, pendengar tidak akan tertarik karena berita itu tidak berkaitan langsung dengan dirinya. Pendengar akan menantikan berita yang memiliki value langsung bagi dirinya, tidak sekedar value added bahkan kalau bisa value in use.

Lalu, kenapa kita harus me-relay radio lain jika kita masih harus menyiapkan reporter untuk menyumbangkan berita ke radio yang kita relay? Jika mau, kita juga mampu membuat berita sendiri yang lebih dekat dan lebih bermanfaat bagi pendengar kita. Daripada menyiarkan peristiwa lokal yang terjadi di kota lain, lebih baik kita memberitakan peristiwa yang terjadi di kota kita sendiri. Bagi radio besar yang memiliki dana lebih, daripada mengajak radio-radio di daerah me-relay program berita kita, lebih baik dana itu kita gunakan untuk memberikan pelatihan jurnalistik bagi radio-radio yang menjadi anggota jaringan kita, agar mereka memilki divisi pemberitaan yang mandiri. Bukankah salah satu prinsip berjaringan adalah kebersamaan (bukan kesamaan) untuk kemajuan bersama?

Bagi radio yang sudah memiliki program berita jaringan, seleksi berita yang akan disiarkan perlu diperketat agar jangan hanya memenuhi kepentingan lokal. Pada saat kita memiliki komitmen untuk menyajikan berita jaringan, artinya kita berkomitmen untuk melayani kepentingan pendengar dalam skala yang lebih besar, regional bahkan nasional.

Jangan sampai kita buang tenaga dan biaya untuk menyajikan program yang belum tentu diharapkan oleh pendengar. Jangan sampai pembuatan dan penyiaran acara berita jaringan hanya sekedar menjadi sarana untuk unjuk kekuatan tanpa memikirkan ‘need and want’ pendengar.

http://radioclinic.com/2008/03/12/berita-radio-jaringan-fenomena-rri-ala-swasta/

Tidak ada komentar: